Sabtu, 14 Januari 2012


MENINGKATKAN HASIL  BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD  NEGERI 112313 BRUSSEL, KECAMATAN MERBAU, KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN AJARAN 2012/2013


Oleh

RIZKI RIZA HARNUM
108 313 302


                                                                                                                       


 






FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012







 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…...………………………………………………………i
DAFTAR ISI…...………...…...…………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1        Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
1.2    Identifikasi Masalah……………………………………………………….3
1.3    Pembatasan Masalah………………………………………………………4
1.4    Rumusan Masalah…………………………………………………………4
1.5  Tujuan Penelitian…………………………………………………………...4
1.6  Manfaat Penelitian………………………………………………………….5
BAB II KAJIAN TEORITIS……………………………………………………..6
2.1   Kerangka Teoritis…………………………………………………………….6
        .... 2.1.1   Hakekat Kreatifitas.………………………………………………..6
2.1.2        Ciri-ciri Kreativitas………………..……………………………....7
    2.1.3   Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas…….……..……….8
2.1.4   Tahap-tahap Perkembangan Kreativitas.………………………….10
2.1.5   Hakekat Metode Diskusi Kelompok …….………………………..12
2.1.6   Materi Menulis Pengumuman.........................................................12
2.1.7   Hakikat Belajar ………………...………………………………...15
2.1.8  Kerangka Berpikir…………………………………………………16
2.1.9  Hipotesis Tindakan………………………………………………...17
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………...18
3.1  Lokasi  dan Waktu Penelitian…..…………………………………………..18
3.2  Subjek Penelian…………………………………………………………….19
3.3  Jenis Penelitian……………………………………………………………..19
3.4  Defenisi Oprasional Variabel………………………………………………19
3.5  Desain  Penelitian.…………………………………………………………20
3.6  Prosedur penelitian………………………………………………………...21
3.7  Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………24
3.8  Teknik Analisis Data……………………………………………………….25
Daftar Pustaka




















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dan kreatifitas dirinya. Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk mengembangkan segala potensi dan kretifitas yang dimiliki oleh siswa. Pengembangan kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa dengan optimal, akan meningkatkan taraf kehidupanya kelak.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal ini karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa Negara di Indonesia. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat berbeda – beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya, serta alat erhubungan antarbudaya atau daerah.
Belajar merupakan suatu sistem, yakni terdapat komponen yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran, komponen-komponen tersebut adalah : guru, siswa, tujuan, metode, bahan, media, evaluasi. (Djamarah, 2006:9). . Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari  siswa dalam membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan belajar setiap orang mangalami perubahan dan dapat berkembang lebih baik dari mahkluk lain, serta dapat mempertahankan kehidupan ditengah-tengah perkembangan zaman yang semakin maju dan persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini. Indikator utama yang digunakan untuk menilai kualitas pembelajaran dan kretaifitas siswa yang mempunyai kemampuan masing-masing dan berbeda-beda.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) didalamnya terjadi interaksi antara siswa dan guru. Siswa perlu dididik untuk menjalankan program dan mencapai tujuan belajar. Salah satu tugas pendidik/guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat keadaan siswa menjadi senantiasa belajar dengan baik dan mampu mengembangkan kreatifitasnya masing-masing. Guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikanya mampu merubah prilaku siswa kearah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik, dengan kata lain guru berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswanya.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah dasar adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia pada Sekolah Dasar (SD) sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan dan kekreatifan pada saat belajar dikelas dapat menumbuhkan hal-hal yang baru  baik dalam segi penilaian perkelompok maupun perindividu. Pada tingkat sekolah dasar siswa diharapkan mampu untuk mengembangkan dirinya dan meningkatkan pengetahuan dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas sangat membutuhkan kekreatifan dalam belajar apalagi dalam materi menulis pengumuman siwa memang harus mengeluarkan bakat atau kekretifanya dalam membuat suatu pengumuman baik dalam kata-kata yang dibuat dalam isi pengumuman, gaya tulisan dan bentuknya.
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,  penulis memperoleh informasi mengenai nilai siswa rata-rata hanya mencapai (<60,00) nilai ini jelas sekali masih jauh dari yang diharapkan.  Jumlah keseluruhan siswa kelas IV SD 105402 adalah 32 siswa, dari hasil yang diperoleh  data sebagai berikut : 12 siswa memperoleh nilai >60,00 atau 37,5% siswa yang tuntas belajar dan 20 siswa memperoleh nilai <60,00 atau 62,5% siswa yang tidak tuntas belajar. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas IV tergolong rendah.
Selain itu, masalah diantaranya, guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran,dan kurangya bimbingan guru dalam mengembangkan kreatifitas siswa, sehingga banyak siswa yang mempunyai bakat (kreatif) tidak terkembangkan. Begitu juga dengan metode pada saat mengajar guru tidak pernah metode diskusi kelompok dalam mengeluarkan bakat siswa, bahkan guru menggunakan metode ceramah saja.
            Untuk mengetahui apakan dengan menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa, semakin meningkat maka perlu dilakukan penelitian. Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian yan berjudul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok pada pokok bahasan “Menulis Pengumuman” mata pelajaran Bahasa indonesia di kelas IV SDN 105402 Sibunga-bunga Hilir”

1.2  Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah maka dapat didefenisikan masalah dalam penelitian yaitu sebagai beikut :
a.                   Masih banyak siswa yang bermain-main dalam belajar akibat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran kurang,
b.                  Masih ada siswa yang hanya duduk diam saja tanpa merespon apa yang disampaikan oleh gurunya
c.                   Siswa kurang berminat dalam belajar Bahasa Indonesia
d.                  Pada saat  pembelajaran berlangsung guru hanya ceramah saja
e.                   Dalam proses belajar mengajar berlangsung guru lebih aktif dari pada siswa

1.3  Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah pada penggunaan Metode Diskusi Kelompok dalam meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Menulis pengumuman Di kelas IV SD Negeri 105402 Sibunga-bunga Hilir.

1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok dapat meningkatkan Kreatifitas Belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Menulis Pengumuman Di Kelas IV SD Negeri 105402 Sibunga-bunga Hilir?

1.5  Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
Tujuan penelitian ini adalah“Untuk mengetahui penggunaan metode diskusi kelompok dan meningkatkan kreatifitas belajar Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis pengumuman kelas IV SD Negeri Sibunga-bunga Hilir TA 2011/2012”
1.6  Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dilakukan adalah :
1.      Bagi Siswa
a.                    Menambah pengetahuan dan pengalaman belajar dalam meningkatkan kreatifitas belajar bahasa Indonesia.
b.                  Memberdayakan siswa untuk berlatih kerja sama dan bertanggung jawab serta melatih siswa untuk mengembangkan kreatifitas (Bakat) yang ada pada diri siswa.
2.      Bagi Sekolah
a.                   Memberikan sumbangan pemikiran tentang metode pembelajaran Diskusi Kelompok sebagai salah satu alternative dalam meningkatkan mutu pendidikan
b.                  Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk mengambil kebijakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD.
3.      Bagi Peneliti
a.                   Dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan kretaifitas belajar anak
b.                  Untuk mengetahui kesesuaian metode diskusi kelompok dapat meningkatkan Kreatifitas belajar anak.









BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1  Kajian Teoritis
2.1.1                  Hakekat Kreatifitas
Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa kreatifitas (Bakat) sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar untuk mencatat, meyakinkan, memberitahukan, dan mempengaruhi dengan maksud atau tujuan yang dicapai dengan baik oleh orang – orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.
Menurut Utami Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Imam Musbikin (2006 : 6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab.
Mangunhardjana (1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas penulis mengambil kesimpulan bahwa:
kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat”.
2.1.2 Ciri-ciri kreativitas
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
a.       Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
b.      Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c.        Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d.      Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
2.1.3        Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Dalam Munandar, 2009 menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
1). Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a.                   Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya
b.                   Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
c.                   Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
            2). Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:
a.                   Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b.                   Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.                   Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d.                  Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.                    Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
f.                    Inteligensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
2.1.4 Tahap-tahap Perkembangan Kreativitas
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a.                   Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun.Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b.                  Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c. Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
2.1.5        Materi Menulis Pengumuman
Pengumuman adalah suatu informasi penting yang disampaiakn kepada semua orang.
Adapun  bagian-bagian dalam pengumuman :
1.                  Judul pengumuman
2.                  Isi Pengumuman
3.                  Pembuat pengumuman
Contoh pengumuman dibawah ini :
“ Pengumuman “
Diumumkan kepada seluruh siswa/i SDN 105402 Sibunga-bunga hilir, agar menghadiri acara perpisahan guru-guru ppl yang diadakan pada :
Hari                 : Senin
Tanggal           : 14 Desember 2011
Tempat            : Disekolah
Pukul               : 08 s/d Selesai
Demikian isi pengumuman ini, saya  harapkan kedatangan siswa/siswi SDN 105402 Sibunga-bunga Hilir.

                                                                                    Sibunga-bunga 10 Desember 2011
                                                                                                Kepala Sekolah

                                                                                     D.K.H. Samosir. S.Pd
                                                                                     Nip.19660226 200701 2 002
2.1.6 Hakekat Metode Diskusi Kelompok
a.                  Pengertian Metode Diskusi
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yangdimaksud dengan metode diskusi adalah Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.
Adapun pengertian diskusi kelompok menurut para ahli yaitu :
              Menurut Hasibuan (1985), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
         Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atu menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan, 1985).
b.      Jenis-Jenis Diskusi
Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (1985) yaitu :
1.                  Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
2.                  Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
3.                  Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4.                  Sundicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.
5.                  Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
6.                  Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

7.                  Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8.                  Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain.
9.                  Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).

c.                   Keuntungan  Metode Diskusi
Menurut Team Didaktik Metodik (1989), mengajar dengan mempergunakan metode diskusi berarti :
a.Mempertinggi partisipasi siswa secara secara individual
b.Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan.



d. Kelebihan Metode Diskusi
Menurut Staton (1978), kelebihan metode diskusi dari metode-metode lainnya ialah, bahwa diskusi ini memberikan dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk berbuat secara konstruktiv, berpikir kreatif terhadap suatu subyek, dan menyumbangkan pengalaman dan keahliannya yang berguna itu untuk kepentingan bersama-sama.

e. Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Team Didaktik Metodik (1989), kelemahan dari metode diskusi :
1) Sulit bagi guru untuk meramlakan arah penyelesaian diskusi.
2) Sulit bagi siswa untuk mengatur secara berpikir  ilmiah.
2.1.7        Hakikat Belajar.
a.                   Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah aku yang potensial terhadap situasi tertentu ang diperoleh dari pangalaman yang dilakukan ecara berulang-ulang. Hilgard, (1981). Sedangkan Menurut inger (1980), belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu.      
  Menurut Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.
Jadi menurut pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan belajara adalah :
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.
b.  Bentuk Belajar Menurut
V.S. Gerlach & D.P. Ely  membagi bentuk atau tipe belajar menurut fungsi psikis, yaitu berlajar kognitif, belajar psikomotor dan belajar efektif.
a.  Belajar Kognitif
Ciri khas belajar ini adalah memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk yang mewakili objek-objek yang dihadapi atau diamati,apakah itu orang, benda atau kejadia/peristiwa. Objek-objek  itu dihindari dalam diri seorang melalui  tanggapan gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
b.Belajar Psikomotoris
Ciri khas belajar psikomotorik terletak dalam belajar menghadapi dan memahami objek-objek secara fisik. Dalam belajar seperti cara ini, baik aktivitas mengamati melalui alat-alat dari ( sensorik), maupun bergerak dan menggerakkan ( motorik), memegang peranan penting. Pengamatan adalah fungsi yang membuat manusia mengenal dunia yang nyata atau berwujud. Menurut Jean Piaget, belajar psikomotorik merupakan dasar bagi belajar berpikir.
c.Belajar Afektif
Salah satu ciri dari bentuk beljar afektif adalah belajar menghayati nilai dari objek yang dihadapi melalui perasaan, apakah objek itu berupa orang, benda atau peristiwa.Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
2.1.8        Kerangka Berpikir
Metode Diskusi kelompok adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok, guru lebih dahulu  menerangkan sub materi pokok Menulis pengumuman, kemudian guru membagi kelompok siswa, dan siswa menulis pengumuman dengan menarik dan kretif.  Maka kreatifitas belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan metode diskusi kelompok.  Kreatifitas belajar adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat”.
Dengan demikian penggunaan Metode Diskusi Kelompok dalam sub materi pokok Menulis Pengumuman diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan setelah kegiatan belajar mengajar selesai diadakan tes untuk mengukur pemahaman siswa.
2.1.9        Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan dari Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diambil hipotesis adalah “ dengan penggunaan Metode Diskusi Kelompok pada materi pokok Menulis Pengumuman dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa di kelas IV SD Negeri No.105402 Sibunga-bunga Hilir T.A 2011/2012”.













BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.             Lokasi dan Waktu Penelitian
                Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri No. 105402 Kec. Tiga Juhar, Desa Sibunga-bunga Hilir. Rencana penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Juni T.A 2011/2012.
Table 3 Jadwal Penelitian
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
No.

Kegiatan
Bulan / Minggu
Januari
Februari
Maret
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Refleksi awal (persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas)
x
X
X









2
Siklus 1 :
Pertemuan I
Pertemuan II
Post Tes siklus 1









X






3
Siklus II :
Pertemuan I
Pertemuan II
Post Tes siklus II






x




x



x
x




4
Analisis data








x
x
x

5
Penyusunan Laporan











X
                                                                                   
3.2. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sesuai dengan jenis penelitian ini, maka penelitian ini memiliki tahap-tahap yang berupa siklus prosedur penelitian yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.
3.3 Subjek penelitian
           Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 32 orang,  yang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 17 orang SD Negeri No. 105402  Sibunga-bunga Hilir T.A 2011 / 2012.
3.4  Defenisi Operasional Variabel
Metode Diskusi kelompok adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Kreatifitas belajar adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat”.





3.5. Desain Penelitian
 










Gambar 1: Penelitian Tindakan Kelas Model Kemnis Tanggrat
Dalam Buku Arikunto, (2006:16)
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini langsung dilakukan didalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa perencanaan awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru kelas dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDN 105402 Bandar klippa.
Pelaksanaan PTK direncanakan akan dilakukan dua kali pertemuan setiap siklus:
a)Siklus 1
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakuakan adalah merencanakan tindakan yaitu penyusunan pembelajaran materi Menulis Pengumuman dengan metode Diskusi Kelompok
 Perencanaan yang dilakukan yaitu :
a.                      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b.                     Membuat scenario pembelajaran sesuai metode diskusi.
c.                      Membuat sumber dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
d.                     Membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada masing-masing siswa berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari.
e.                      Membuat lembar observasi tentang keaktifan belajar siswa.
2. Tahap pelaksanaan
            Pada tahap ini kegiatan yang dilakukasn adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan menonjolkan tindakan yang diterapkan yaitu penggunaan metode dikusi kelompok dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a.                   Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!
b.                  Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua pihak!
c.                   Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
d.                  Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)
e.                   Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!
f.                   Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
g.                  Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!
a.          Menjelaskan kepada siswa materi Menulis Pengumuman dengan menunjukkan beberapa contoh pengumuman yang kreatif dan menarik untuk dibaca.
b.          Guru menjelaskan pengertian dari pengumuman
c.          Guru membagi kelompok untuk bekerja sama membuat pengumuman dengan kreatif.
d.         Guru membagi siswa menjadi enam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari lima orang atau lebih.
e.          Guru selalu mengawasi siswa selama siswa melakukan pengamatan.
f.           Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan.
g.          Setiap kelompok mempersetasikan hasil kerjanya dengan menunjukkan pengumuman yang dibuat oleh setiap kelompok dan membacakan isi pengumuman yang mereka diskusikan.
h.          Semua kelompok memberikan masukan dan pertanyaaan kepada kelompok yang presentase.
i.            Penilaian hasil kerja siswa.


3.                  Tahap pengamatan
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan 1 yaitu ketika belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini meliputi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun guru untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan berupa pengajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok dalam Bahasa Indonesia yang menghasilkan perubahan khususnya kreatifitas belajar siswa. Dimana guru tidak menggunakan Metode pada saat proses belajar mengajar berlangsung
4. Tahap refleksi
Refleksi ini dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di dalam kelas dan tes kreatifitas belajar siswa. Refleksi dilakukan untuk menganalisa dan memberikan makna terhadap data yang diperoleh, memperjelas data yang diperoleh dan mengambil kesimpulan dari tindakan perbaikan yang telah dilakuakan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
1.      Tahap perencanaan
Prosedurnya sama seperti siklus I.rencana tindakan pada siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada siklus I.
2.                  Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan scenario kegiatan yang telah direncanakan.
3.    Tahap pengamatan
Tahap pengamatan ini sesuai dengan siklus 1, observasi dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada siswa yang belajar. Dan pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman sisiwa terhadap mateeri yang diberikan dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
4.                  Tahap refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus II. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat hasil perkembangan pelaksanaan dan membuat kesimpulan mengenai kekurangan dan kelebihan yang dilakukan.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data dan analisis persentase
1.      Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan perbandingan persentase guna menilai seberapa efektif hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam materi pokok perubahan lingkungan.
2.   Analisis Persentase
Analisis persentase ini dilakuakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa keberhasilan yang dicapai dari aktivitas  belajar siswa.



3.8. Tehnik Analisis Data
Adapun cara menganalisa data adalah dengan menggunakan analisis data persentase. Analisis data persentase ini dilakukan dengan mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1.      Nilai Perolehan Individual
Dengan rumus Sudijono ( 2005:318) :
PPH= x 100                  Keterangan: PPH: Persentase Perolehan Hasil
                                                                  B: Skor yang diperoleh
                                                                  N: Skor total
Kriteria perolehan nilai adalah:
0≤  PPH ≤  65 adalah siswa tidak tuntas dalam belajar
65≥PPH ≤ 100 adalah siswa tuntas dalam belajar
2.      Nilai Perolehan Klasikal   
     Dengan rumus Rosmala Dewi ( 2007:114)
P = x 100%          Keterangan:
                                                P :Jumlah persentase yang mengalami perubahan
                                                f: Jumlah siswa yang mengalami perubahan
                                                n: Jumlah keseluruhan siswa
Dengan kriteria perolehan nilai keseluruhan adalah:
≥85% artinya siswa secara klasikal sudah mengalami perubahan